About Me

My photo
Alamat: Jl. Andi Nohong No.51 , Panreng, Kec. Baranti, Kab. Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Kode Pos 91652. Email : kaharuddin.anwar@gmail.com FB : Kaharuddin Anwar Pin BBM : 53BBE933 atau lewat telpon/sms di: LINE, WHATSAPP, WECHAT (aktif) 082332115544 dan 081342115544

Wednesday, March 16, 2011

Ayam Ketawa Ramai di Kendari

REPUBLIKA.CO.ID,KENDARI - Bisnis penangkaran ayam ketawa di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), mulai ramai. Penggemarnya cukup banyak karena selain hobi dan hiburan, juga bisa memberi nailai tambah.

Sejumlah penangkar ayam ketawa mengatakan bahwa usaha penangkaran ayam ketawa selama setahun terakhir ini cukup memberikan nilai ekonomi bagi keluarga. Alwan (42), salah seorang dari beberapa pengusaha ayam ketawa, mengatakan harga jual ayam ketawa dengan umur 1,5 bulan hingga 3 bulan dan belum diketahu jenis kelamin (jantan atau betina) bisa dijual antara Rp 200 ribu hingga mencapai Rp 350 ribu per ekor.

"Lebih mahal lagi harganya kalau ayam ketawa itu sudah diketahui jenisnya sebagai ayam jantan. Apalagi, ayam ketawanya sudah pandai mengeluarkan bunyi dan suara yang bergelombang," katanya. Harga ayam jantan usia antara 6 bulan hingga mencapai tahunan dijual antara Rp 500 ribu hingga belasan juta rupiah.

Bisnis ayam ketawa tidak hanya ditemukan Kendari. Penangkaran ayam ketawa juga marak di beberapa kabupaten di Sultra seperti Konawe, Konawe Selatan, Bombana dan Kolaka. Bahkan, Konawe sudah mengelar kontes ayam ketawa dengan mengikutkan sedikitnya 105 ekor ayam dari berbagai wilayah Sultra dan Sulawesi Selatan.

Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/11/03/15/169590-ayama-ketawa-ramai-di-kendari

Luncurkan Buku “Lidah Emas SYL”

Kamis, 17 Maret 2011 01:41
MAKASSAR – Hari ulang tahun (ultah) ke-56 Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo diisi dengan peluncuran buku berjudul Lidah Emas SYLdan kontes ayam ketawa,kemarin.

Buku Lidah Emas SYLdiluncurkan tepat pukul 00.00 Wita di rujab Gubernur Sulsel, yang berisi kumpulan motivasi serta pembelajaran yang dituliskan Syahrul, kemudian dikirimkan melalui pesan singkat kepada sejumlah kerabat dan orangorang dekat. Puluhan motivasi gubernur tersebut dirangkum dalam sebuah buku setebal 82 halaman. Buku ini disusun Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulsel Agus Sumantri. “Buku ini berawal dari pesan singkat yang dituliskan beliau, kemudian dikirimkan kepada para pejabat yang berisikan pembelajaran dan motivasi. Kemudian saya merasa lebih bermanfaat bila didokumentasikan dalam sebuah buku dan diluncurkan tepat HUT Gubernur,” ujar dia kemarin.

HUT mantan Bupati Gowa dua periode ini juga diisi dengan penyelenggaraan kontes ayam ketawa di halaman rujab Gubernur Sulsel. Kontes ini diikuti 1.600 ekor ayam dari 24 kabupaten/kota se-Sulsel, dalam rangka memperebutkan piala Gubernur Sulsel. Kontes memperebutkan piala gubernur dibagi dalam dua kategori, yaitu Gaga’ atau kokok lambat atau biasa disebut slow dan kategori Gerete’ atau kokok cepat atau dangdut. Kontes menggunakan sistem gugur. Setiap babak penyisihan diikuti 100 peserta,masing-masing 50 kategori dangdut dan 50 kategori pop dipertandingkan untuk mencari juara I,II,dan III.

Syahrul mengungkapkan, ulang tahunnya kemarin merupakan sebuah momentum waktu yang dipakai untuk mencoba mengapresiasi segala hal kehidupan pribadi dan tugasnya sebagai pemimpin di Sulsel. “Ulang tahun dan kematian sama saja sifatnya.Terima kasih kepada semua yang telah mengapresiasi itu. Di balik ini ada pesan,tugas,dan fungsi saya. Insya Allah,”katanya. “Saya bersyukur Tuhan mengatur segalanya.Saya terima kasih banyak.Tidak bisa saya lukiskan kebahagiaan hari ini,”ujar dia. SI-wahyudi.

Sumber:
http://www.makassarterkini.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2160:luncurkan-buku-lidah-emas-syl&catid=44:info-terkini&Itemid=139#josc761

Legalisasi Ayam Ketawa hingga ke Partai Golkar

Cara Lain Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo Rayakan Ultah ke-56

Pada umumnya, pejabat menggelar perayaan ulang tahunnya dengan mengundang kolega dan rekan kerja. Tak jarang, puluhan juta dikucurkan untuk melaksanakan pesta yang meriah memperingati hari kelahiran. Namun, pemandangan itu tak terlihat di Hari Ulang Tahun (HUT) Syahrul Yasin Limpo yang ke-56, Rabu (16/3). Rumah jabatan gubernur di Jalan Jenderal Sudirman, justru riuh dengan kokok ayam ketawa.

Ayam ketawa, yang terdiri dari dua jenis, ayam gaga’ dan garete’, merupakan jenis unggas yang memiliki keunikan tersendiri di kalangan etnis Bugis. Khususnya, masyarakat Kabupaten Sidrap, baik karena kokoknya maupun nilai budayanya. Ayam ketawa termasuk unggulan daerah yang dapat diangkat menjadi aset bangsa secara nasional.
Pada peringatan HUT Syahrul ke-56, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, menggelar Kontes Kokok Ayam Gaga’ dan Garete’ se Sulsel di Rumah Jabatan Gubernur. Kontes itu diikuti 1.600 ekor ayam dari 24 kota/daerah di Sulsel. Tujuannya, untuk melestarikan populasi ayam khas Sulsel itu.
Syahrul mengatakan, kontes kokok itu merupakan hal terindah di perayaan ulang tahunnya. Apalagi, ratusan warga Sulsel yang memelihara ayam ketawa sekaligus peserta kontes, bisa hadir untuk mendoakan.
“Rumah ini adalah rumah rakyat, jadi jangan sungkan-sungkan. Gubernur hanya menumpang di sini,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, diperingatan ulang tahunnya, orang nomor satu di Sulsel itu, berjanji akan mendaftarkan ayam ketawa untuk melegalisasi sebagai ayam khas Sulsel.
“Jangan sampai ayam ini yang merupakan asli Sulsel, justru diakui oleh negara lain lagi. Karenanya, harus segera dilegalisasi,” ungkapnya.
Tahun depan, rencananya kontes kokok akan digelar dalam skala yang lebih besar. Bahkan, untuk memecahkan rekor MuRI sebagai kontes ayam yang diikuti peserta terbanyak.
“Tahun depan kita akan buat yang lebih besar. Hadiahnya kalau perlu rumah bagi pemenang,” janjinya.
Mantan Bupati Gowa dua periode itu mengatakan, peserta kontes juga akan diberi sertifikat. Syaratnya, kokoknya harus berstandar lima ketukan. Para pemilik juga bisa memberi nama terhadap ayam peliharaannya.
“Kalau sudah ada sertifikatnya, harganya tidak boleh lagi dibawah lima juta rupiah. Program sertifikasi ini tidak dipungut biaya,” terangnya.
Kontes kokok ayam ketawa itu juga diikuti para muspida dan jajaran pejabat Pemprov Sulsel. Termasuk, putri Syahrul yang juga anggota DPR RI, Indira Chunda Thita Syahrul. Ayam ketawa miliknya diberi nama Sule.
“Sule juga ikut kontes sama yang lain,” ujar Tita.
Setelah merayakan hari ulang tahunnya bersama peserta kontes ayam ketawa, Syahrul kemudian ke kantor DPD I Golkar di Jalan Ratulangi. Acara syukuran telah dipersiapkan para pengurus Golkar.
“Saya sangat senang hari ini banyak yang mendoakan saya. Saya sangat bahagia, meskipun sebelumnya telah mengalami kedukaan. Tapi, setelah tahlilan 40 hari Rinra, semangat saya sudah bisa kembali lagi seperti biasa,” tuturnya.
Di perayaan hari ulang tahunnya, Syahrul tidak berharap kado apapun dari jajaran pengurus ataupun kader Golkar. Menurutnya, rapat kerja daerah DPD I Golkar yang digelar beberapa waktu lalu, sudah menjadi kado yang sangat berarti baginya.
“Suksesnya rakerda kemarin merupakan kado yang paling indah buat saya. Terima kasih untuk semuanya,” ujarnya.
Ia pun berharap, di usianya yang ke-56 tahun, bisa membawa partai berlambang pohon beringin itu lebih baik lagi dari sebelumnya. Karenanya, ia pun meminta kerja sama para pengurus dan kader partai Golkar.
“Semuanya bermuara pada rakyat. Hari ini, saya harapkan tetap bersemangat untuk mengabdi kepada rakyat,” harap Syahrul.

Sunber:
http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=63393

Populasi Ayam Bersuara Merdu Capai 10 Ribu Ekor

TEMPO Interaktif, Makassar --Kepala Dinas Peternakan Sulawesi Selatan, Murtala Ali mengatakan populasi ayam bersuara merdu di Sulawesi Selatan mencapai 10 ribu ekor, sekitar 1.600 ekor diantaranya mengikuti kontes ayam ketawa yang memperebutkan piala bergilir Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, yang digelar di rumah jabatan gubernur, siang tadi.

Menurut Murtala, populasi ayam bersuara merdu ini tersebar seluruh daerah Sulsel. Dimana populasi terbanyak ada di Kota Makassar, Kabupaten Sidrap dan Pinrang.

Gubernur mengatakan memelihara ayam ketawa ini buka sekedar hobi, tapi sudah masuk dalam skala ekonomi. Karena itu, perlu menjaga kemurnian habitat suara merdunya. "Dijaga dengan mengeluarkan sertifikat yang menujukkan legitimasi asal ayam Sulsel, " kata bapak yang genap berusia 56 tahun ini.

Pada saat membuka kontes ini, Syahrul juga meminta kepada pencinta dan pemerhati ayam agar melestarikan budaya Bugis-Makassar ini. "Jangan sampai diklaim Malaysia atau daerah lain," kata Syahrul yang mengikutkan dua ekor ayam gaga'nya dalam kontes.

Murtala yang juga ketua panitia kontes mengatakan ayam yang bisa diikutkan dalam perlombaan yakni jenis ayam gaga' dan gerete atau dikenal dengan nama manu gaga' dalam bahasa Bugis. Kompetisi ini dibagi dalam dua kategori yakni dangdut dan pop.

Aturan perlombaan menggunakan sistem gugur yang berlangsung dalam 12 putaran. Sebanyak 50 ekor ayam kategori dangdut dan 50 ekor ayam kategori pop akan diadu memperdengarkan suara merdunya. Kemudian tiga besar diikutkan ke final. "Tak sekedar suara merdu, tapi lengkingan ayam turun mempengaruhi nilai," kata Murtala.

Peserta kontes berasal dari perwakilan 24 kabupaten dan kota, dimana panitia membatasi hanya 50 ekor ayam tiap daerah karena waktu yang terbatas. Khusus Makassar, Sidrap dan Pinrang diberi kompensasi untuk mengikutian 100 ekor ayam.

Sulsel Akan Patenkan Ayam Ketawa

Makassar, 16 Maret 2011 14:52
Manu Gaga alias ayam ketawa khas Sulawesi Selatan siap dipatenkan sebagai warisan budaya Suku Bugis-Makassar.

Kepala Dinas Peternakan Sulsel Murtala Ali di sela-sela penyelenggaraan kontes kokok Ayam Gaga dan Gerete di Makassar, Rabu (16/3), mengatakan, upaya mematenkan ayam ketawa khas Sulsel akan segera dilakukan usai penyelenggaraan lomba.

"Usai lomba, kita akan segera melakukan musyawarah bersama semua asosiasi penggemar ayam khas ini di Sulsel," jelasnya. Menurutnya, yang paling pertama perlu disatukan adalah persepsi sejarahnya yang berbeda di setiap kabupaten.

"Melalui kontes ini pula kita satukan dulu persepsi kita, bahwa ini ayam khas Sulsel dan kabupaten dan kota tidak saling mengklaim. Ada beberapa versi sejarah," jelasnya.

Setelah pembuktian sejarah dilakukan, pihaknya bersama asosiasi membawa ke Kementerian Hukum dan HAM untuk mematenkan.

Sementara itu, 1700 ayam dari seluruh kabupaten dan kota di Sulsel mengikuti kontes ayam Gaga dan Gerete.

Kontes memperebutkan piala gubernur dibagi dalam dua kategori yaitu Gaga atau kokok lambat atau biasa disebut "slow" dan kategori Gerete atau kokok cepat atau dangdut.

Kontes menggunakan sistem gugur. Setiap babak penyisihan diikuti 100 peserta, masing-masing 50 kategori dangdut dan 50 kategori pop dipertandingkan untuk mencari juara satu, dua dan tiga.

Juara dari masing-masing babak penyisihan di setiap kategori, kemudian akan dipertemukan langsung di babak final.

Sistem penilaian pemenang dilakukan berdasarkan vibrasi, kemerduaan dan kelengkingan suara ayam.

Selain piala bergilir gubernur, pemenang kontes ini juga berhak atas hadiah sepeda motor, televisi, sepeda gunung, tabungan dan hadiah hiburan lainnya.

Kontes ini merupakan kontes yang pertama kali digelar di Sulsel dan rencananya akan dilakukan secara berkala setiap tahun dan melibatkan kontestan dari luar Sulsel.

Manu Gaga` dalam tradisi suku Bugis, diwariskan secara turun temurun secara lisan bahwa pada jaman kerajaan, muncul ayam kokok yang kokoknya tidak seperti ayam kebanyakan.

Ayam bersuara merdu di Sulsel terdiri atas jenis Lappung, Koro, Pute, Bakka dan Ceppaga. Kini, ayam-ayam juara bersuara unik dan keturunannya ini dihargai mulai dari Rp25 juta hingga ratusan juta rupiah diantara pecintanya.

Sumber:
http://www.gatra.com/2011-03-16/artikel.php?id=146307

Gubernur Ulang Tahun Bersama 1600 Ayam Ketawa


Kamis, 17 Maret 2011 | 19:54:49 WITA | 71 HITS

MAKASSAR -- Kontes Ayam Ketawa membuat halaman rumah jabatan gubernur Sulsel mendadak mirip pusat perdagangan ayam, Rabu, 16 Maret. Sebanyak 1600 ekor ayam gaga' mengikuti kontes yang meramaikan ulang tahun Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, kemarin.

Peserta Kontes Ayam Ketawa datang dari 24 kabupaten dan kota se Sulsel. Selain memperebutkan Piala Gubernur, door prize berupa sepeda motor, televisi, dan berbagai hadiah hiburan lainnya menanti.

Panitia Kontes Ayam Ketawa, Muhammad Yusuf mengaku lomba ini untuk melestarikan ayam gaga' yang sebenarnya berasal dari Sidrap, Sulsel. Ayam gaga' yang lebih dikenal dengan nama ayam ketawa justru lebih terkenal berasal dari Madura.

"Padahal, ayam gaga' itu sudah ada sebelum ajaran Islam masuk ke Sulsel dan diyakini sebagai penjaga pemiliknya. Tapi perkembangannya, ayam asli Sidrap ini justru lebih terkenal di daerah lain," kata Yusuf.

Selain ingin melestarikan ayam yang bersuara merdu dan kokokannya sangat khas, Yusuf mengaku Kontes Ayam Ketawa bisa semakin mendongkrak harga. Ayam jenis ini memang terbilang mahal, berkisar antara Rp5 juta hingga Rp50 juta per ekor.

Lima kriteria menjadi penilaian khusus ayam ketawa yang mengikuti lomba. "Tim juri menilai suara depan, jarak kokokan, suara akhir, irama, dan klimaksnya atau gabungan antara suara depan, tengah, dan akhir," urainya.

Dari 1600 ayam yang mengikuti lomba, dibagi lagi menjadi dua kategori; ayam gaga' dangdut dan ayam gaga' slow.

Alex peserta kontes dari Makassar yang memiliki ayam ketawa berumur sembilan bulan mengaku ayam ketawa memerlukan perawatan khusus. Selain memperhatikan obat-obatan dan suplemennya, makanannya juga harus berkualitas untuk menjaga keunikan suaranya.
sumber:
http://www.fajar.co.id/read-20110316195449-gubernur-ulang-tahun-bersama-1600-ayam-ketawa

Friday, December 17, 2010

Peternak Ayam Ketawa

POTENSIAL. H Piling dengan ternak ayam ketawa yang banyak digandrungi masyarakat Sidrap. (FOTO MAHATIR/FAJAR)
Usaha peternakan ayam selalu menyimpan potensi menjanjikan. Namun, jenis ayam yang saat ini digandrungi masyarakat Sidenreng Rappang (Sidrap), bukan ayam biasa, melainkan ayam ketawa. Laporan: MAHATIR MAHBUB, Baranti, Sidrap Ayam spesial ini disukai karena memiliki suara yang khas. Sepintas tidak ada perbedaan antara ayam ketawa dengan ayam jantan pada umumnya. Mulai dari warna serta karakternya. Kenapa disebut ayam ketawa? Sudah jelas karena ayam ini mengeluarkan suara atau kokok yang berbeda dengan ayam kebanyakan. Ayam ini mampu mengeluarkan suara yang unik, seperti orang sedang tertawa. Yang mendengarnya pun pasti akan ikut menertawakannya.

Untuk jenis ayam ketawa unggulan, konon mampu menghasilkan suara selama hampir satu menit tanpa putus. Menurut legenda masyarakat Sidrap, ayam ini dahulu hanya dipelihara para bangsawan Bugis dan merupakan simbol status sosial. Itulah sebabnya mengapa jumlah ayam jenis ini masih terbilang langka.

Untuk melestarikannya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap kerap menggelar pameran dan perlombaan ayam ketawa agar masyarakat kian tertarik membudidayakannya. Terlebih keunikan suara ayam ini diyakini mampu mendatangkan berkah.

Seperti pengakuan salah seorang peternak ayam ketawa, H Zulkifli Sain. Warga Desa Passeno, Kecamatan Bintara, Sidrap ini mengatakan, bisnis ayam ketawa memiliki potensi yang luar biasa. Untuk ayam berusia tiga bulan saja, kata dia, harganya sudah bisa mencapai Rp 3 juta per ekor. Beda jika ayam ketawa unggulan atau sudah ikut kontes, harganya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Zulkfili yang akrab disapa Haji Piling ini mengaku sudah sepuluh tahun lebih beternak ayam ketawa. Itu bermula dari hobby beternak ayam dan senang mendengar suara khasnya. Untuk memelihara ayam ketawa, kata dia, tidaklah sulit. Cukup diberi makan berupa jagung dan pur, serta vitamin.

"Agar kualitas suara kokoknya semakin bagus dan semakin lama. Biar harganya pun ikut melangit. Tidak tanggung-tanggung ada saja yang mau membeli sampai harga Rp 25 juta, untuk kelas standar atau baru sekali ikut kontes," ungkapnya, Sabtu, 18 September.

Haji Piling menjelaskan, ayam ketawa biasa juga disebut ayam gaga. Dalam bahasa Bugis, disebut pula Manukgaga yang artinya ayam tergagap-gagap. Penyebarannya mayoritas di wilayah Ajattapareng, seperti Parepare, Sidrap, Barru, dan Pinrang, kemudian meluas ke daerah Jawa.

Khusus di Sidrap, ayam ketawa hanya dapat ditemukan di sekitar Kecamatan Panca Rijang dan Baranti. Di antaranya di Kampung Simpo, Arasi’e, Rappang, Benteng, Paseno dan Tonronge. Kampung-kampung ini merupakan kampung tua yang masuk dalam wilayah bekas pusat Kerajaan Bugis.

Selain melalui pameran dan perlombaan, lanjut Haji Piling, demi menunjang pelestarian sekaligus pemasyarakatan jenis ayam langka ini, dibentuklah beberapa komunitas. Persatuan Pemerhati dan Pelestari Ayam Gaga Indonesia atau P3AGI.

Kemudian Asosiasi Pencinta Ayam Gaga Indonesia (ASPAGIN), dan Pencinta Ayam Gaga Indonesia (PAGI).

"Tentu upaya ini tidak akan berjalan maksimal tanpa melibatkan komunitas-komunitas tersebut. Terkhusus Pemkab Sidrap dan Pempropv Sulsel. Tidak kalah pentingnya, kami membutuhkan perhatian khusus media," pungkasnya.

Haji Piling pun menyebutkan, sekarang ini beberapa petinggi daerah (khususnya di wilayah Ajattappareng) mulai menggandrungi memelihara ayam ketawa. Selain Bupati Sidrap, Rusdi Masse, Wali Kota Parepare, Mohammad Zain Katoe dan Bupati Enrekang, Latinro Latunrung, ada di antara petinggi daerah tersebut.

Kendati ayam ketawa ini berasal dari Kabupaten Sidrap, namun kesadaran masyarakat untuk mengembangkannya masih terbilang minim. Padahal, menurut Haji Piling, beternak ayam gaga mampu mengembangkan perekonomian masyarakat. Sama halnya di daerah Jawa, antara lain di Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Malang.

"Per minggu permintaan ayam ketawa dari daerah Jawa antara 20 ekor hingga 30 ekor. Untuk per ekornya, saya mematok harga Rp 500 ribu dengan usia 10 hingga 15 hari," sebutnya.

Menurut Haji Piling, di daerah Jawa pengembangbiakan atau peternakan ayam ketawa kian meningkat. Bahkan para peternaknya sudah mampu meracik makanan serta vitamin khusus guna menjaga kualitas suara ayam ini. "Inilah yang kami khawatirkan. Tidak menutup kemungkinan, ayam istimewa ini akan punah di daerah asalnya," imbuhnya.

Adapun ayam ketawa yang digemari; yakni Bakka atau ayam ketawa berwarna dasar putih mengkilap dengan dihiasi dasar hitam, orange, merah dan kaki hitam atau putih. Kemudian, Lappung, ayam ketawa berwarna dasar bulu hitam dengan merah hati dan mata putih.

Selanjutnya Ceppaga, ayam ketawa dengan warna dasar hitam dihiasi bulu hitam dan putih, ditambah betuk putih di badan sampai pangkal leher serta kaki hitam. Kooro, ayam ketawa berwarna dasar hitam dengan dihiasi hijau atau putih dan kuning mengkilap, serta kaki kuning atau hitam.

Terakhir, jenis Ijo Buata. Ayam ketawa ini berwarna dasar hijau dihiasi merah, diselingi warna hitam disayap, serta kaki berwarna kuning. Bori Tase’, ayam ketawa berwarna dasar bulu merah dan dihiasi
bintik kuning keemasan.